Kekayaan Cerita Jadi Aset Berharga Indonesia

-Road To Balinale, Bali International Film Festival 2016

Kekayaan Cerita Jadi Aset Berharga Indonesia




YOGYAKARTA – Keragaman budaya dan suku bangsa telah menjadikan Indonesia sebagai gudang cerita. Cerita kebesaran sejarah Majapahit hingga hal-hal yang bersifat magis menjadi keunggulan Indonesia dibanding negara-negara lain. Inilah salah satu aset terpenting Indonesia untuk bisa menghasilkan film dengan cerita yang asli, unik, dan khas.

            “Kita sangat banyak punya sejarah hingga legenda yang bisa diangkat ke dalam film. Dan hal ini juga harus dilihaat oleh masyarakat internasional untuk melihat Indonesia yang sebenarnya. Bukan hanya cerita teroris,” ungkap Foundation Chairperson Balinale, Ineke Indriyani, saat Seminar dan Road Show 10th Balinale, di Joint Lecture Room Sekolah Tinggi Multi Media (STMM), Sabtu (3/8).

            Namun harus diakui, bahwa potensi ini tidak terlalu disadari oleh masyarakat sendiri. Oleh sebab itu, menurut Ineke diperlukan keterbukaan untuk bertukar pengalaman, bekerja, dengan para film maker dari luar Indonesia. Balinale berupaya mewadahi kepentingan itu melalui di festival, seminar, dan workshop yang menjadi bagian Balinale.

            Founder Balinale, Deborah Gabinetti juga menekankan cerita sebagai potensi emas Indonesia. Ia mengajak para film maker untuk mengirimkan karya-karyanya ke Balinale, tanpa khawatir dengan keterbatasan alat.

            “Ya ini adalah festival internasional yang tentunya punya standar. Tapi cobalah untuk membuat film dengan cerita yang original, karakter yang kuat, ini yang penting. Tidak masalah meski dibuat dengan video dari handphone,” ujarnya.


Kebijakan Pemerintah

            Owner X Code Film Yogyakarta Viko Amanda melihat Indonesia punya potensi bagus dari segi kekayaan alam budaya, seni, SDM. Meski begitu Indonesia masih lemah dalam hal manajemen produksi dan promosi.

            “Hal semacam ini yang harus kita pelajari dari para pelaku industri film besar dari luar. Dengan mengenal, nanti akan terwujud kerjasama dan di situ kita bisa belajar,” katanya.

Satu lagi yang harus mendukung, sambung Viko, adalah kebijakan pemerintah. Pemerintah seharusnya tidak mempersulit izin syuting film-film asing di Indonesia. Pasalnya, ini akan menjadi penggerak ekonomi.

“Multiplier effectnya bagus. Mulai dari pelibatan SDM perfilman, hotel, restoran, jasa transportasi, banyak sekali. Bisa dikatakan produksi film adalah padat karya,” jelas Viko yang terlibat produksi film internasional Java Heat ini. (Sony W)