YOGYAKARTA - Paradigma kualitas SDM lebih penting daripada kekayaan alam, semakin menguat.
Kenyataan menunjukkan negara-negara pemilik SDA sekarang justru ekonominya merosot.
Sebaliknya justru kemajuan pesat terjadi di negara dengan SDM berkualitas. Perguruan tinggi punya
tanggung jawab menjamin lulusan yang berdaya saing global melalui pembekalan kompetensi
profesional.
“Indonesia kaya sumber daya alam, tetapi kenapa kita masih kalah? Daya saing SDM kita
masih lemah, apalagi di era global. Arab Saudi yang kaya saat harga minyak jatuh, harus berhutang
juga untuk menutupi belanjanya. Jepang, Korea yang miskin alamnya tapi punya SDM bagus justru
bersinat. Maka kita harus mengasah kualitas diri, kompetensi,” papar Kepala Badan Litbang SDM
Kementerian Kominfo Basuki Yusuf Iskandar pembukaan Uji Kompetensi PTUK STMM Yogyakarta di
Auditorium setempat, Jumat (14/5).
Harus diakui saat ini masih terjadi kesenjangan antara dunia pendidikan dan industri.
Kesenjangan itu terjadi secara alamiah.
“Harus diakui itu. Ini karena memang dunia pendidikan tidak semata-mata mengajarkan
keterampilan, tetapi pengetahuan, karakter, dan lain sebagainya,” imbuh Basuki.
Sarjana Plus
LSP P1 (Pihak Pertama) STMM akan menjadi otoritas untuk menerbitkan sertifikat
kompetensi profesional. Sebuah kampus yang memiliki lembaga sertifikasi profesi dipastikan Basuki
akan mempunyai lulusan dengan daya saing tinggi. LSP P1 STMM dan sistem pembelajaran STMM
akan berkorelasi untuk mencetak mahasiswa dan alumni yang punya kompetensi profesional.
Basuki mengistilahkan, lulusan STMM ditargetkan menjadi sarjana plus. Lulusan STMM
tidak hanya mengandalkan ijazah, tetapi sertifikat kompetensi.
“Saya pikir belum banyak perguruan tinggi yang semacam ini. ITB, UGM, sekalipun tidak ada.
Apalagi untuk bidang komunikasi dan informatika,” jelasnya. (S-25)