SEMINAR : CEO layaria.com Denis Adhiswara saat berbicara pada Seminar Nasional Eksplorasi Kreativitas di Era Digital di Auditorium STMM Yogyakarta.
2018, Penonton Youtube Diperkirakan Melebihi Televisi
-Seminar Nasional STMM
ERA digital membuat perilaku menonton masyarakat berubah. Saat ini bukan hanya orang-orang bermodal besar yang bisa memproduksi tontotan. Televisi, tidak lagi mendominasi, justru menunjukkan gejala kemerosotan kualitas, maupun jumlah penonton.
Pasalnya, internet dan segala platform yang tersedia memberi ruang baru bagi masyarakat. Masyarakat yang awalnya duduk manis sebagai penonton, kini bisa membuat konten sendiri dan mendistribusikan lewat situs-situs video. Ini sekaligus membuat masyarakat punya alternatif mencari tontotan, informasi, di luar media konvensional.
“Kita sekarang bisa membuat konten yang murah, hanya dengan smartphone,” kata CEO layaria.com, Denis Adhiswara saat Seminar Nasional Eksplorasi Kreativitas di Era Digital di Sekola Tinggi Multi Media (STMM) MMTC Yogyakarta, Jumat 28 Juli 2017.
Denis mengungkapkan data-data menarik terkait hal itu. Tahun 2016, 132 juta masyarakat Indonesia sudah menggunakan internet. Dari jumlah itu, 14,5 juta orang mengunjungi platform youtube.
“Tahun 2018, yang tinggal beberapa bulan lagi, hampir dipastikan akan melebihi penonton televisi,” ujar pria yang juga pernah bergelut di industri televisi dan film ini.
Denis mengajak, generasi muda milenial yang akrab dengan internet untuk membuat revolusi konten video. “Tahun 2020, 75 persen lalu lintas data akan didominasi video, disusul foto, kemudian teks,” ujarnya dalam seminar yang dimotori Ikatan Alumni MMTC.
Saat ini Denis bersama layaria.com menaungi sekitar 200 channel youtube. Meski youtube menjadi salah satu mediayang potensial untuk mendistribusikan konten kreatif, bahkan menjadi sumber penghasilan, Denis tidak menyarankan mahasiswa menjadi youtubers.
“Kalau masih seusia anak SD yang ditanya Jokowi ya ndak papa. Tapi kalau sudah seusia kalian, jangan! Mereka yang sukses jadi youtubers itu pada akhirnya memanfaatkannya sebagai media saja. Mereka punya perusahaan, punya brand. Sekaya-kayanya youtubers, ya lebih kaya yang punya perusahaan kan?” terangnya pada para peserta seminar yang sebagian besar mahasiswa.
Kesalahan Televisi
Kesalahan-kesalahan yang dibuat televisi memberi peluang yang semakin besar bagi berkembangnya industri konten melalui internet. Denis, berdasarkan pengalamannya mencatat beberapa kesalahan televisi yang membuatnya ditinggalkan penonton. Salah satunya adalah menuruti rating.
“Kesalahan industri televisi kita hanya melihat rating sebagai tolok ukur kualitas,” ungkapnya.
Konten televisi yang paling sering membuat Denis miris adalah sinetron. Lemahnya riset sinetron membuat televisi menghasilkan karya yang begitu-begitu saja. “Isinya marah-marah, rebutan anak, rebutan harta,” katanya.
Inilah yang disebutnya kesalahan lain televisi yaitu suspension of disbelief. Penonton dipaksa mempercayai, memaklumi hal-hal tidak logis dan sesuai realitas dalam sinetron. Oleh karena itu ia mengajak anak-anak muda untuk membuat konten yang baik.
“Konten yang baik harus memberi pengaruh baik pada pembuatnya maupun penonton,” pungkasnya.
Orientasi media digital juga ditegaskan oleh Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur, Rocky Prasetyo Jati, M.Si. “Smartphone eating television. Itu yang dialami generasi milenial. Mereka lebih akrab dengan internet. Lebih melek teknologi dibanding orang tuanya,” katanya dalam seminar yang menjadi rangkaian Dies Natalies 32 STMM.
Fenomena ini, lanjut Rocky, harus direspon dengan kreatif. Kreativitas dibutuhkan karena akan membantu kehidupan, mampu berbeda, dan punya value. (Sony Way).
Seminar : Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur, Rocky Prasetyo Jati, M.Si