YOGYAKARTA - BIBIT-bibit perilaku
korupsi bisa dimulai dari ketidakjujuran yang dianggap sepele. Meski orang
sering abai, kebiasaan ini bisa membuat orang berani melakukan korupsi lebih
besar. Sehingga pendidikan karakter antikorupsi menjadi hal yang sangat
dibutuhkan pada kaum muda.
“Di
Singapura, ada tukang ikan nyogok pemilik restoran, supaya dia ambil ikan hanya
dari dia, itu bisa ditindak sama ‘KPKK’nya sana. Di sini KPK belum bisa seperti
itu, “ ungkap Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Saut Situmorang,
saat menjadi pembicara dalam Seminar Pendidikan Kejujuran dan Pemberantasan
Korupsi, di Sekolah Tinggi Multi Media (STMM) Yogyakarta, Selasa 29 Agustus
2017.
Pada
seminar yang menjadi rangkaian Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru
(PKKMB) 2017 itu Saut menekankan, pada mahasiswa baru untuk menunjukkan
perilaku berintegritas di kampus. Termasuk masalah-masalah ketidakjujuran kecil
seperti menitip absen. “Ya kalau memang sakit, atau keluarganya sakit bolehlah
sesekali. Tapi kalau besoknya tetangganya, temenya, sakit (dijadikan alasan) ya
jangan,” ujarnya.
Sementara
itu, narasumber lain yang juga merupakan Kepala Badan Litbang SDM Kementerian
Kominfo RI, Dr Basuki Yusuf Iskandar, mendukung apa yang dikatakan Saut. Basuki
juga mengingatkan bahwa sebelumnya mahasiswa juga mendapatkan seminar pencegahan
radikalisme, anti narkoba. “Ini materi-materi penting saat ini. Makanya
mahasiswa angkatan ini harusnya lebih bagus dan berbeda dari angkatan
sebelumnya,” imbuh Basuki.
Film Antikorupsi STMM
Pada
kesempatan itu juga hadir, Kabag Pemberitaan dan Publikasi Humas KPK, Priharsa Nugraha.
Priharsa didaulat menjadi pembicara dalam pemutaran film Mengayuh Ikhlas Demi Rongsokan. Film ini merupakan karya tugas
akhir mahasiswa STMM yang biaya produksinya dibantu KPK. Film bercerita tentang
Sadiyo Cipto Wiyono (65), seorang pemulung asal Sragen yang menyisihkan
penghasilannya untuk menambal jalan rusak, dan memberi bensin pada orang yang
kehabisan bahan bakar di jalan.
KPK
menyatakan bahwa film yang dibuat pada mahasiswa STMM semacam ini sangat
dibutuhkan dalam pendidikan antikorupsi. “Film-film yang menginspirasi kita.
Saya yakin masih banyak sosok-sosok seperti ini (Sadiyo). Mungkin adik-adik
disini yang belum bekerja saja punya uang yang lebih banyak, tapi dia mau
berbuat sesuatu untuk orang lain,” ujar Priharsa.
Menurut
Priharsa, orang-oarnag yang keren bukan dilihat dari penampilannya, atau gaya
hidupnya, namun dari apa yang diperbuatnya. “Bukan sok idealis. Kalian harus
bisa menunjukkan keberpihakan,” tegasnya. (Sony Way)