NARASUMBER : Kabadan Litbang SDM Kominfo Dr Basuki Yusuf Iskandar saat menjadi narasumber webinar STMM
YOGYAKARTA – Literasi digital,
khususnya di ranah media social menjadi pondasi penting dalam kehidupan di era
digital. Media sosial, seharusnya menjadi pemersatu bukan sebaliknya memicu
perpecahan. Persoalan yang mendesak diselesaikan adalah, hoax (berita bohong), hackers
(pembobolan data), ujaran kebencian, cyber
bullying (penghinaan melalui komen di media social), post truth (berkembangnya informasi berdasarkan emosi daripada data
dan fakta).
“Post truth itu berkembangnya
informasi lebih kepada emosi, daripada fakta-fakta yang ada,” demikian disampaikan
Anggota Komisi DPR RI Dave Akbarshah Fikarno Laksono, ME, saat webinar nasional
Pemanfaat Media Sosial dalam Mendorong dan Memperkokoh Karakter Kebangsaan,
Sekolah Tinggi Multi Media (STMM), Kamis 30 Agustus 2020.
Persoalan-persoalan
di media sosial yang ada saat ini bisa menimbulkan keresahan bahkan konflik
terbuka. “Jangan emosi kalau bermain media sosial. Media sosial itu seharusnya untuk
menyatukan,” tegasnya.
Sementara
itu, Praktisi Media Sosial Shafiq Pontoh S.Si lebih mengajak masyarakat untuk
menumbuhkan produktivitas, baik secara sosial, budaya, maupun ekonomi. Hal
semacam ini berkontribusi positif pada kehidupan, terlebih di masa pandemi. Kondisi
pandemi membuat kreativitas di media sosial semakin terbuka. Hal yang penting diingat, para pengembang
konten harus memahami dasar yaitu, keterampilan, pengetahuan, dan jaringan.
“Skill,
punya keterampilan apa saja, menulis, bikin video. Knowledge, pengetahuan yang
dimiliki apa? Bola (sepak bola) misalnya, kemudian networknya,” tuturnya.
Pemahaman
skill dan knowledge akan berlanjut dengan pembentukan network. Shafiq memakai
rumsu klasik 5W 1H untuk membuat konten.
“Saya biasanya memulai dari why? Mengapa saya melakukan ini? Kemudian
who siapa yang akan kita ajak
berkomunikasi? Tapi sebenarnya bisa dimulai darimana saja, terserah,” tuturnya.
MODERATOR : Kajur KIP, Dr Sintar Nababan MSi, saat menjadi moderator webinar PEMBICARA : Kabadan Litbang SDM Kominfo, Dr Basuki Yusuf Iskandar saat menjadi pembicara webinar di STMM 30 Juli 2020
Kreativitas dan Kebangsaan
Kabadan
Litbang SDM Kementerian Kominfo, Dr Basuki Yusuf Iskandar menyatakan integrasi
nation Negara belum tentu sama dengan pola pikir masyarakatnya. Pola pikir bisa
saja disintegrasi. Perbedaan sumber energi, sumber sinergi.
“Tapi
perbedaan yang membawa potensi sinergi untuk kita semua. Bhineka Tunggal ika
menjadi sesuatu yang futuristik,” katanya.
Dalam konteks teknologi
internet, filosofi tersebut harus terwujud. Basuki mengingatkan bahwa kemudahan
dan murahnya internet membuat orang “meneyepelekan”. Internet tidak
dimanfaatkan secara produktif. Maka tidak heran jika masih sangat banyak konten
negatif yang beredar, mulai dari pornografi, SARA, hingga separatisme dan
radikalisme. Sampai dengan Juli 2020, Kementerian Kominfo. menangani 1.286.725 konten
negatif pada situs.
“Internet
barang murah tidak dimanfaatkan secara produktif. Yang berbahaya adalah karena
sifat masifnya. Saya berpesan, tidak sebebas itu denagn internet. Jejak digital
sangat mudah dilacak,” ujarnya.
Acara ini
dibuka oleh Ketua STMM Ir Noor Iza M.Sc. Adapun moderator adalah Kajur Komunikasi
dan Informasi Publik (KIP), Dr Sintar Nababan, MSi, dan host Ardian Setio Utomo
MA. (Sony Way).