
STMM/Sony Way
TANTANGAN
PENYIARAN : Seminar “Tantangan, Tren, dan Peluang Televisi Penyiaran 2024” di
Sekolah Tinggi Multi Media (STMM) Yogyakarta, Senin 4 Desember 2023. Dari kiri
ke kanan, moderator Diyah Ayu Karunianingsih, dosen Magister Ilmu Komunikasi Universitas
Bakrie, Dr Aryo S Eddyono, M.Si, dan Kaprodi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, Dr Rama Kertamukti M.Sn.
Industri Penyiaran Harus Kreatif Mengoptimalkan
Medsos
YOGYAKARTA – Industri penyiaran
konvensional harus banyak beradaptasi dengan media baru. Terutama pemanfaatan
media sosial, mulai dari Tiktok, Facebook, hingga Instagram. Media penyiaran
yang “hidup” dari iklan saat ini kondisinya kritis. Pemasangan iklan di media
konvensional merosot karena influencer di
media sosial. Bahkan di peringkat 22 besar pemasangan iklan terbesar di
Indonesia, hanya ada tiga media konvensional. Lainnya diisi influencer. Hal itu mengemuka dalam
seminar “Tantangan, Tren, dan Peluang Televisi Penyiaran 2024” di Sekolah Tinggi Multi Media (STMM)
Yogyakarta, Senin 4 Desember 2023.
Melihat
kondisi saat ini mahasiswa penyiaran harus beradaptasi dengan perubahan media
yang pesat. “Kuasai dan jadikan mainan baru,” kata dosen Magister Ilmu
Komunikasi Universitas Bakrie, Dr Aryo S Eddyono, M.Si yang menjadi salah satu
narasumber.
Dia
melanjutkan kampus berperan untuk mengajarkan media baru. Orientasi outcome
lulusan tidak hanya kepada industry konvensional, seperti stasiun televise,
tetapi lebih terbuka pada kewirausahaan (entrepreneurship). “Tapi jangan cerita
manis-manisnya saja. Enterpreneurship itu juga ada pahitnya,” imbuhnya dalam
acara yang dipandu Dosen Prodi Manajemen Berita (Manarita) STMM, Diyah Ayu
Karunianingsih, M.A.
Sementara itu Koordinator
Pemberdayaan Kreativitas TIK, Sony Sudaryana, harus diakui perkembangan
teknologi memungkinkan hal-hal yang tidak pernah kita pikirkan bisa terjadi. Misalnya
kenyataan bahwa ada seorang ibu berjualan
online secara live bisa menghasilkan Rp 15 miliar per hari. Sementara seorang
pengusaha buku dengan 120 toko, hanya bisa menghasilkan Rp 2 miliar per hari. ”Gila
ini benar-benar gila. Sesuatu yang enggak kebayang,” katanya.
Hal yang tidak
kalah penting dalam pesatnya perkembangan media baru adalah iklan. Dalam hal
ini, Kaprodi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr Rama Kertamukti,
M.Sn meyakini kreativitas iklan sebagai sebuah kerja tim akan bisa bertahan
lebih kuat dibanding influencer.
Seorang influencer meski bisa dengan cepat mendatangkan respons dari penonton,
sebaliknya juga kerap “jatuh” karena isu atau permasalahan tertentu.
Seminar
tersebut berlangsung di Joint Lecture Room STMM secara offline dan dapat diakses
melalui kanal Youtube. Acara diselenggarakan atas kerjasama Jurusan Penyiaran
dan Himpunan Mahasiswa Penyiaran (Korran). (Sony Way)